Monday, August 08, 2005

Kangkung


Dengan terbengong-bengong Parto memandangi paket yang barusan dibukanya. Dua ikat Kangkung! Si pengirim terbaca Georg-Aachen dengan pesan ‘Willst du wie ein Deustche Kangkung oder Indonesische Kangkung?’. Parto tersenyum, dia tahu kenapa Georg mengiriminya Kangkung. Dia ingat masa-masa praktikumnya di Aachen bersama Georg teman serumahnya, sebelum dia pindah ke Hamburg. Betapa dia selalu mengeluh soal harga kangkung yang mahal, dua ikat Kangkung sekitar 4 euro alias 40 ribu rupiah! Padahal di Indonesia, dia hanya tinggal memetik kangkung di sungai belakang rumah. Di jerman Kangkung menjadi barang mewah, Georg selalu mengatainya borjuis, karena lebih sering makan kangkung daripada kohl. Parto selalu cerita bahwa Kangkung di Indonesia tumbuh liar, di sekitar sungai yang mungkin kotor, bahkan neneknya menanam kangkung di sekitar ‘septitank’ (tempat membuang kotoran manusia).


Kangkung menjadi masakan kesukaannya selama di Jerman, entah kenapa Parto tidak tahu. Mungkin karena dengan makan kangkung bisa menghilangkan rasa rindu kampung halamannya, masa kanak2nya. Sejak kecil ibunya selalu memasak oseng kangkung, maklum sebagai keluarga yang biasa-biasa saja, bahkan mungkin tergolong kesulitan ekonomi (tdk mau dia bilang miskin), kangkung adalah sayur paling gampang diperoleh dan amat sangat murah di kampungnya. Parto menjadi teringat, ketika dia ngambeg tidak mau makan karena ibunya sudah seminggu menunya Kangkung melulu. Bagi keluarga Parto mungkin juga keluarga-keluarga lain di desa Parto, Kangkung bukan barang mewah dibanding ayam atau daging. Mungkin sudah menjadi sifat bawaan manusia, pikir Parto, dimana sesuatu yang sulit dicari menjadi semakin dibutuhkan dan disukai. Parto tersenyum, mengingat harga Kangkung di Jeman yang hampir sama bahkan lebih mahal dibanding dengan Ayam atau sekilo daging sapi.

Dia menjadi teringat rumah, ‘jangan meremehkan Kangkung, ini bisa menjadi makanan terenak suatu saat’, kata abangnya waktu itu ketika dia mengeluhkan menu Kangkung yang tersedia. Teringat Kangkung teringat ibu dengan nasehat-nasehatnya. Kadang kita merasa menjadi orang yang tidak berguna namun pernahkan kita berpikir bahwa mungkin di suatu tempat dan waktu yg berbeda kita menjadi berguna bahkan menjadi amat sangat berguna.. kadang kita merasa diri kita tdk berharga, mungkin dilain tempat/waktu kita menjadi orang yang amat dibutuhkan… Kadang sesuatu menjadi tidak bernilai disuatu tempat tapi ditempat lain menjadi amat sangat bernilai, karena itu jangan lah menganggap remeh sesuatu yang kita kira tidak bernilai, krn siapa tahu ditempat lain atau dilain waktu akan menjadi amat berharga..janganlah meremehkan hal2 yang sptnya kecil..padahal mungkin hal2 tsb menjadi besar.. Seperti halnya kangkung..mungkin di Indonesia murah dan tidak berharga..tapi di jerman..bisa bangkrut kalau makan kangkung terus..Ahh Kangkung..kamu memberiku pelajaran hari ini..dan masih banyak hal-hal bermanfaaat yang aku bisa petik dari Kangkung selain hanya untuk dimakan …ucap Parto dalam hati sambil tersenyum…

Kiel 8 August 2005

2 comments:

marpuah said...

biarpun di indo mudah dapat kangkung, tetap aja yang dicari kangkung yang susah: kangkung lombok yang dimasak jadi plecing kangkung

marpuah said...
This comment has been removed by a blog administrator.